Langsung ke konten utama

Awal November Dilaksanakan Lomba 5K

Muhammad Arif Budiman sedang memperbaiki kelas
Suhu persaingan antarkelas sudah terasa, mengingat lomba 5 K yang semakin dekat. Lomba yang meliputi kebersihan, kekeluargaan, keindahan, keamanan dan ketertiban tersebut rencananya akan dilaksanakan pada awal bulan November. Hampir disemua kelas telah melakukan perbaikan dan menghias kelasnya masing-masing.

Drs. Rohmadi AF, kepala Madrasah Aliyah Walisongo menuturkan bahwa pada tahun ini ada beberapa perubahan mengenai teknis pelaksanaan dan aspek penilaian.
“Pada tahun ini pelaksanaan lomba 5 K akan kami laksanakan secara mendadak. Hal tersebut bertujuan agar kami dapat mengetahui kelas yang benar-benar sesuai dengan kriteria 5 K,” tuturnya.

Wali kelas harus ikut berpartisipasi, mengkoordinir anak didiknya sehingga akan terjalin sebuah keluarga kecil yang harmonis dan kokoh. “Apabila wali kelas ikut bergotong royong memperbaiki ruang kelasnya maka akan tercipta suatu kesatuan yang utuh dan akan lebih mendekatkan diri antara pendidik dengan peserta didik,” lanjutnya.


Mukhlisin, S.Pd, M.Sc koordinator lomba 5 K mengungkapkan bahwa kriteria penilaian akan ditambah dengan  ketertiban berseragam dan absensi shalat jamaah. “Kerapian berseragam, membawa mukena bagi yang putri dan absensi solat jamaah yang baik juga menjadi penilaian kami dalam menentukan juara lomba 5 K pada tahun ini,” ungkapnya.

Persaingan Meningkat
Antusiasme peserta untuk menjadi yang terbaik sangatlah tinggi hal tersebut terlihat dengan berbagai tema unik yang diangkat dalam mendesain kelas. Seperti kelas XI IPA, mereka mengambil tema cinta budaya Nusantara untuk mendesain kelasnya. Hampir diseluruh dinding kelasnya mereka hiasi dengan motif batik yang beraneka ragam. Ada motif Madura, Solo, Surakarta dan motif batik modern.

Muhammad Arif Budiman, ketua kelas XI IPA mengatakan bahwa pemilihan tema tersebut merupakan wujud kepeduliannya dalam melestarikan budaya Nusantara. “Batik merupakan salah satu budaya yang identik dengan masyarakat Indonesia, motifnya pun beragam sehingga sangat cocok apabila kita gunakan sebagai motif dalam menghias kelas,” ungkap Arif.

Budiman berharap bahwa dengan dipakai motif tersebut diharapkan agar siswa yang lain bisa mengetahui betapa kayanya negara Indonesia ini. “Investasi yang terbesar dari negara ini adalah seni dan budaya, sehingga saya mengharapkan kepada semua teman-teman untuk dapat terus melestarikannya,” harap Budiman.

Selain kelas XI IPA, kelas yang lain pun tidak kalah uniknya dalam mengambil tema, seperti kelas XI Keagamaan yang menghias seluruh kelasnya dengan Asmaul Husnah dan kelas X A yang mengangkat tema cinta MA Walisongo. (Rif'ul Mazid Maulana)

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Islam Dulu Dan Kini

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Seorang pakar pendidikan Islam berdarah hadrami, al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni, Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) adalah pendidikan dan peningkatan diri atas adab, akhlak, patuh akan syariat dan jauh akan larangannya. Mengikuti kata hati berdasarkan rasa tanggung jawab terhadap Dinnya serta rasa cinta pada Allah SWT. dan Rasulnya SAW. juga berkhidmat dengan cara yang benar pada umat sembari memasyarakatkan kebaikan dan menepis kehinaan dan kerendahan moral.  Pendidikan islam pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan tingkat kecerda

Sejarah Desa Troso

Sejarah Desa Troso tidak dapat di pisahkan dari peristiwa peperangan antara Sultan Hadirin dengan Arya Penangsang yang terjadi di sebuah daerah di Kabupaten Kudus. Pada peperangan tersebut Sultan Hadirin terbunuh oleh Arya Panangsang. Sultan Hadirin merupakan suami dari Ratu Kaliyamat adipati Jepara. Selanjutnya, jenazah Sultan Hadirin dibawa dari Kudus ke Jepara dengan cara dipikul oleh orang (Pengikutnya). Singkat cerita, ketika para pemikul jenazah sampai di suatu tempat, mereka telah menghirup bau yang busuk, dalam bahasa jawa berarti “Purwo” yang berarti permulaan dan “Gondo” yang berarti bau busuk. Sehingga daerah tersebut sekarang di beri nama Desa Purwogondo. Sesampainya di Pecangaan para pemikul jenazah tersebut sudah sangat lelah, namun karena itu menjadi suatu pengabdian kepada Pupundennya (Orang yang sangat di hormati) hal tersebut tetap di laksanakan.

MA Walisongo Ikuti Lomba Perpajakan

Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan berpartisipasi pada kegiatan Lomba Perpajakan "Tax For Student", Kamis (29/09). Kegiatan yang diadakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama, dipusatkan di Gedung Wanita Jepara. Kegiatan yang diperlombakan adalah Lomba Cedas Cermat, Lomba Performance dan Lomba Poster Perpajakan.   Bupati Jepara, Drs Hendro Martojo MM, dalam sambutannya menuturkan bahwa kegiatan tersebut merupakan proses sosialisasi kepada pelajar mengenai perpajakan. “Pelajar merupakan elemen terpenting dalam mewujudkan program Menuju Jepara Tertib Pajak (MJTP),” tutunya. Kegiatan yang diikuti oleh lima belas SMA se-kabupaten Jepara menempatkan MA Walisongo sebagai satu-satunya Madrasah Aliyah swasta yang mendapatkan undangan dari KPP Pratama Jepara. Mukhlisin, S.Pd, M.Sc,Wakil kepala bagian Kesiswaan mengatakan bahwa hal tersebut membuktikan bahwa MA Walisongo merupakan salah satu Madrasah Aliyah unggulan. “Tidak semua Madrasah Aliyah dapat mendapatkan kehormatan untuk megi