Langsung ke konten utama

Perempuan Kendeng ke Istana Tagih Janji Presiden Jokowi

JAKARTA, KOMPAS.com — Sembilan petani perempuan dari Pegunungan Kendeng Utara menagih janji Presiden Joko Widodo untuk membicarakan ulang maraknya pembangunan industri semen yang berpotensi menggusur kehidupan pertanian dan merusak lingkungan. Mereka datang dari Rembang dan Pati, Jawa Tengah dan berencana langsung ke depan Istana Presiden di Jakarta.

“Kami terpaksa meninggalkan pekerjaan di sawah dulu karena persoalan ini memang penting terkait keselamatan petani dan Pegunungan Kendeng. Kami akan menunggu di depan istana sampai ditemui Presiden,” kata Gunarti, petani perempuan dari Komunitas Sedulur Sikep, Sukolilo, Pati, yang saat dihubungi, Senin (6/4) pagi, telah sampai Pondok Gede, Bekasi.

Mereka berangkat dari Jawa Tengah sejak Minggu malam dengan mengendarai truk.  Enam petani lelaki turut menemani perjalanan ini.

Gunarti mengatakan, pokok persoalan yang diajukan terutama adalah kebijakan pembangunan yang mereka nilai terus meminggirkan kehidupan petani dan tidak berpihak pada pelestarian lingkungan.

“Ini tidak sinkron dengan janji-janji Pak Jokowi (Joko Widodo), yang katanya akan berpihak pada petani dengan program kedaulatan pangannya,” kata dia.

Menurut Gunarti, saat ini para petani di Pegunungan Kendeng, utamanya di Rembang dan Jawa Tengah, menghadapi rencana pembangunan pabrik semen. Bahkan, di Rembang pembangunan pabrik semen telah dilakukan sejak setahun terakhir ini. Sejak itu pula, sejumlah perempuan tani tinggal di tenda di depan tapak pabrik untuk menolak pembangunan.

Gunarti menambahkan, petani Kendeng Utara sudah pernah beraudiensi dengan Jokowi pada pada tanggal 5 September 2014, tak lama setelah dia memenangkan pemilihan Presiden. “Saat itu Pak Jokowi mengikuti penolakan masyarakat Pati terhadap industri semen sejak tahun 2008, saat dia masih jadi Walikota Solo,” kata Gunarti.

“Pak Jokowi juga mengatakan, saat itu belum jadi kewenanganya karena belum dilantik jadi Presiden dan dia berjanji kalau sudah dilantik akan mengajak warga berdiskusi bersama. Kalau memang  pembangunan industri itu tidak layak, ya pabrik semen harus pergi.”

Pengaduan langsung ke Presiden, tambah Gunarti, dilakukan karena pemerintah daerah sudah tidak mau mendengar aspirasi petani. “Kami sudah berkali-kali meminta ketemu dengan bupati dan gubernur untuk berdialog tidak ditanggapi. Kami juga sudah buat surat tidak dibalas,” kata dia. Ahmad Arif

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Islam Dulu Dan Kini

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Seorang pakar pendidikan Islam berdarah hadrami, al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni, Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) adalah pendidikan dan peningkatan diri atas adab, akhlak, patuh akan syariat dan jauh akan larangannya. Mengikuti kata hati berdasarkan rasa tanggung jawab terhadap Dinnya serta rasa cinta pada Allah SWT. dan Rasulnya SAW. juga berkhidmat dengan cara yang benar pada umat sembari memasyarakatkan kebaikan dan menepis kehinaan dan kerendahan moral.  Pendidikan islam pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan tingkat kecerda

Sejarah Desa Troso

Sejarah Desa Troso tidak dapat di pisahkan dari peristiwa peperangan antara Sultan Hadirin dengan Arya Penangsang yang terjadi di sebuah daerah di Kabupaten Kudus. Pada peperangan tersebut Sultan Hadirin terbunuh oleh Arya Panangsang. Sultan Hadirin merupakan suami dari Ratu Kaliyamat adipati Jepara. Selanjutnya, jenazah Sultan Hadirin dibawa dari Kudus ke Jepara dengan cara dipikul oleh orang (Pengikutnya). Singkat cerita, ketika para pemikul jenazah sampai di suatu tempat, mereka telah menghirup bau yang busuk, dalam bahasa jawa berarti “Purwo” yang berarti permulaan dan “Gondo” yang berarti bau busuk. Sehingga daerah tersebut sekarang di beri nama Desa Purwogondo. Sesampainya di Pecangaan para pemikul jenazah tersebut sudah sangat lelah, namun karena itu menjadi suatu pengabdian kepada Pupundennya (Orang yang sangat di hormati) hal tersebut tetap di laksanakan.

MA Walisongo Ikuti Lomba Perpajakan

Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan berpartisipasi pada kegiatan Lomba Perpajakan "Tax For Student", Kamis (29/09). Kegiatan yang diadakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama, dipusatkan di Gedung Wanita Jepara. Kegiatan yang diperlombakan adalah Lomba Cedas Cermat, Lomba Performance dan Lomba Poster Perpajakan.   Bupati Jepara, Drs Hendro Martojo MM, dalam sambutannya menuturkan bahwa kegiatan tersebut merupakan proses sosialisasi kepada pelajar mengenai perpajakan. “Pelajar merupakan elemen terpenting dalam mewujudkan program Menuju Jepara Tertib Pajak (MJTP),” tutunya. Kegiatan yang diikuti oleh lima belas SMA se-kabupaten Jepara menempatkan MA Walisongo sebagai satu-satunya Madrasah Aliyah swasta yang mendapatkan undangan dari KPP Pratama Jepara. Mukhlisin, S.Pd, M.Sc,Wakil kepala bagian Kesiswaan mengatakan bahwa hal tersebut membuktikan bahwa MA Walisongo merupakan salah satu Madrasah Aliyah unggulan. “Tidak semua Madrasah Aliyah dapat mendapatkan kehormatan untuk megi