Langsung ke konten utama

Tantangan Indonesia: Santri dan AEC (Asean Economic Society)

Oleh: Mochamad Risqi Adhi Pratama

AEC atau ASEAN Economic Community merupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. AEC dibentuk dan disepakati oleh seluruh negara anggota ASEAN dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN. Apabila pada tahun 2015 AEC tercapai, maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas di antara negara ASEAN.

Indonesia dinilai belum cukup siap dalam menghadapi AEC ini. Ada tiga faktor yang menjadi bumerang apabila Indonesia tidak berbenah yaitu faktor investasi, arus barang, jasa, dan tenaga terampil, serta faktor lingkungan. Soal investasi, pemerintah harus membuat kebijakan untuk melindungi pengusaha dan perusahaan lokal di Indonesia. Betapa tidak, jika tidak ada batasan bagi seluruh negara ASEAN untuk berinvestasi di Indonesia, maka tidak heran jika kelak perusahaan-perusahaan lokal Indonesia sebagian besar atau bahkan seluruh sahamnya adalah milik investor asing. Ibarat kata, Indonesia akan menjadi babu di rumah sendiri.

Dalam sektor barang dan jasa, Indonesia akan dihadapi tantangan yang tidak mudah yakni bagi perusahaan barang dan jasa nasional untuk berkompetisi dengan barang dan jasa dari negara ASEAN lain. Masalah lain yang tak kalah pelik adalah kesiapan tenaga kerja untuk menghadapi persaingan. Seluruh angkatan kerja Indonesia harus membekali diri dengan soft skill dan hard skill yang dibutuhkan dalam dunia kerja, pemerintah harus membuat kebijakan untuk melindungi angkatan kerja Indonesia. 

Lingkungan menempati masalah yang selanjutnya, wood-basedsector yang menjadikan Indonesia menjadi pusat produksi kayu di kawasan ASEAN, akan tidak mustahil jika hutan di Indonesia akan habis untuk industri tanpa adanya kebijakan untuk melindungi. 

Dari sekian pemaparan di atas, apa yang bisa dilakukan santri dalam menghadapai AEC 2015? Generasi muda dewasa ini sedang mengalami krisis moral. Inilah yang diharapkan oleh Indonesia dari santri. Santri diharapkan tidak hanya baik dalam soft skill dan hard skill, tetapi juga harus memiliki sikap serta karakter yang baik. 

Santri semenjak dulu, selalu tampak sebagai seorang pemuda-pemudi yang hanya kompeten dalam bidang agama Islam. Namun, santri saat ini juga dituntut untuk berkompeten dalam pengetahuan umum serta pengetahuan. Jadi nantinya, pengetahuan serta keterampilan itulah yang akan mampu memajukan Indonesia. Lalu, karakter serta akhlak yang didapat di pondok pesantren inilah yang manjadi penentu arah dalam menggunakan ilmu yang telah didapat. Pesan khusus bagi seluruh santri Pondok Pesantern Durrotu Ahlissunnah Waljamaah, mari kita seimbangkan pengetahuan serta keterampilan kita baik dalam bidang agama dan ilmu umum untuk menuju Indonesia yang maju dan berkarakter islami, menuju generasi emas Indonesia tahun 2045.

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Islam Dulu Dan Kini

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Seorang pakar pendidikan Islam berdarah hadrami, al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni, Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) adalah pendidikan dan peningkatan diri atas adab, akhlak, patuh akan syariat dan jauh akan larangannya. Mengikuti kata hati berdasarkan rasa tanggung jawab terhadap Dinnya serta rasa cinta pada Allah SWT. dan Rasulnya SAW. juga berkhidmat dengan cara yang benar pada umat sembari memasyarakatkan kebaikan dan menepis kehinaan dan kerendahan moral.  Pendidikan islam pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan tingkat kecerda

Sejarah Desa Troso

Sejarah Desa Troso tidak dapat di pisahkan dari peristiwa peperangan antara Sultan Hadirin dengan Arya Penangsang yang terjadi di sebuah daerah di Kabupaten Kudus. Pada peperangan tersebut Sultan Hadirin terbunuh oleh Arya Panangsang. Sultan Hadirin merupakan suami dari Ratu Kaliyamat adipati Jepara. Selanjutnya, jenazah Sultan Hadirin dibawa dari Kudus ke Jepara dengan cara dipikul oleh orang (Pengikutnya). Singkat cerita, ketika para pemikul jenazah sampai di suatu tempat, mereka telah menghirup bau yang busuk, dalam bahasa jawa berarti “Purwo” yang berarti permulaan dan “Gondo” yang berarti bau busuk. Sehingga daerah tersebut sekarang di beri nama Desa Purwogondo. Sesampainya di Pecangaan para pemikul jenazah tersebut sudah sangat lelah, namun karena itu menjadi suatu pengabdian kepada Pupundennya (Orang yang sangat di hormati) hal tersebut tetap di laksanakan.

MA Walisongo Ikuti Lomba Perpajakan

Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan berpartisipasi pada kegiatan Lomba Perpajakan "Tax For Student", Kamis (29/09). Kegiatan yang diadakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama, dipusatkan di Gedung Wanita Jepara. Kegiatan yang diperlombakan adalah Lomba Cedas Cermat, Lomba Performance dan Lomba Poster Perpajakan.   Bupati Jepara, Drs Hendro Martojo MM, dalam sambutannya menuturkan bahwa kegiatan tersebut merupakan proses sosialisasi kepada pelajar mengenai perpajakan. “Pelajar merupakan elemen terpenting dalam mewujudkan program Menuju Jepara Tertib Pajak (MJTP),” tutunya. Kegiatan yang diikuti oleh lima belas SMA se-kabupaten Jepara menempatkan MA Walisongo sebagai satu-satunya Madrasah Aliyah swasta yang mendapatkan undangan dari KPP Pratama Jepara. Mukhlisin, S.Pd, M.Sc,Wakil kepala bagian Kesiswaan mengatakan bahwa hal tersebut membuktikan bahwa MA Walisongo merupakan salah satu Madrasah Aliyah unggulan. “Tidak semua Madrasah Aliyah dapat mendapatkan kehormatan untuk megi