Langsung ke konten utama

Bahasa Jawa Diambang Kepunahan?

Oleh: Rif’ul Mazid Maulana

Bahasa merupakan sarana komunikasi antarumat manusia dimuka bumi. Sudah pasti setiap negara, daerah bahkan suku di dunia ini mempunyai bahasa yang berbeda-beda, antara lain adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi lokal yang telah mendarah daging pada masyarakat suku Jawa di Indonesia. Bahasa berlogat lemah lembut tersebut telah menjadi satu ikon yang tidak pernah dapat dipisahkan dari masyarakat Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa.


Dengan semakin meningkatnya kualitas pendidikan serta perkembangan zaman justru mengubah paradigma masyarakat Jawa mengenai bahasa daerahnya. Karena mereka menganggap Bahasa Jawa hanya sebagai alat komunikasi orang bawahan yang tidak berintelek.


Orang tua sekarang lebih senang dan bangga apabila melihat anaknya berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia atau Inggris. Selain itu, dengan adanya Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang dalam pembelajarannya menggunakan Bahasa Inggris juga semakin membutakan generasi muda Jawa dengan Bahasa leluhurnya.


Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang dapat meningkatkan kewibawaan kita sebagai bangsa timur yang tersohor dengan perilakunya yang sopan, santun dan lemah lembut. Karena dalam Bahasa Jawa terdapat perbedaan ucapan namun mempunyai makna yang sama apabila digunakan untuk orang yang lebih tinggi, sama ataupun lebih rendah derajatnya dari kita.


Orang yang mempunyai derajat lebih tinggi dari kita antara lain adalah orang tua, guru atapun orang lain yang berumur lebih tinggi dengan kita maka kita harus menggunakan Bahasa Jawa tingkat Krama Inggil. Untuk orang yang sederajat dengan kita maka kita menggunakan Krama Alus. Sedangkan untuk orang yang mempunyai derajat lebih rendah dengan kita maka kita menggunakan Bahasa Jawa tinggi terendah atau Krama Lugu.


Misalnya kata tidur dalam bahasa Jawa mempunyai tiga ucapan yang berbeda, untuk orang yang derajatnya lebih tinggi diucapkan dengan kata sare, untuk orang yang sama derajatnya dengan kita diucapkan dengan kata tilem sedangkan untuk orang yang derajatnya lebih rendah dari kita diucapkan dengan kata turu.
Kekayaan itulah yang membuat bahasa Jawa lebih berwibawa dan lebih menghormati orang lain. Karena pengucapan kata kepada orang lain pun berbeda menurut derajatnya. Berbeda dengan bahasa Indonesia dan Inggris yang lebih umum atau universal.

Punah
RSBI yang menjamur disetiap daerah, media komunikasi cetak maupun elektronik yang berbahasa Inggris adalah salah satu bentuk penjajahan budaya yang kita tidak sadari. Hampir setiap hari siswa digojlok dengan menggunakan Bahasa Internasional. Memang tidak ada salahnya karena di zaman industri seperti ini sangat diperlukan penguasaan bahasa Inggris yang mumpuni agar mempunyai masa depan yang cemerlang.


Namun sikap yang menomor duakan Bahasa Jawa juga menjadi bukti semakin terpuruknya nasib Bahasa Jawa sekarang. Apabila kita lihat sekarang sangat sulit menemukan orang-orang yang mempunyai ketrampilan dalam Bahasa Jawa. Hanya segelintir orang yang sudah berusia lanjutlah yang sedikit menguasai Bahasa Jawa dengan lancar misalnya untuk MC pernikahan ataupun dalang Pewayangan.


Pada pendidikan formal Bahasa Jawa hanya ditempatkan sebagai muatan lokal yang mempunyai alokasi waktu sangat sedikit bila dibandingkan dengan pelajaran lain. Terlebih lagi mapel bahasa Jawa tidak menjadi materi pelajaran yang di-UN-kan sehingga lebih dipandang sebelah mata oleh kebanyakan siswa.


Apabila semua keturunan suku Jawa itu sudah tidak peduli lagi dengan Bahasanya sendiri lalu siapa yang akan menjaganya? Lalu apa yang kita bisa lakukan sebagai generasi muda Jawa Yang dapat kita lakukan sebagai generasi penerus adalah menjaga pelestarian Bahasa tinggalan nenek moyang kita agar selalu abadi pada setiap diri masyarakat Jawa untuk nanti kita wariskan kepada keturunan kita nanti.

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Islam Dulu Dan Kini

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Seorang pakar pendidikan Islam berdarah hadrami, al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni, Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) adalah pendidikan dan peningkatan diri atas adab, akhlak, patuh akan syariat dan jauh akan larangannya. Mengikuti kata hati berdasarkan rasa tanggung jawab terhadap Dinnya serta rasa cinta pada Allah SWT. dan Rasulnya SAW. juga berkhidmat dengan cara yang benar pada umat sembari memasyarakatkan kebaikan dan menepis kehinaan dan kerendahan moral.  Pendidikan islam pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan tingkat kecerda

Sejarah Desa Troso

Sejarah Desa Troso tidak dapat di pisahkan dari peristiwa peperangan antara Sultan Hadirin dengan Arya Penangsang yang terjadi di sebuah daerah di Kabupaten Kudus. Pada peperangan tersebut Sultan Hadirin terbunuh oleh Arya Panangsang. Sultan Hadirin merupakan suami dari Ratu Kaliyamat adipati Jepara. Selanjutnya, jenazah Sultan Hadirin dibawa dari Kudus ke Jepara dengan cara dipikul oleh orang (Pengikutnya). Singkat cerita, ketika para pemikul jenazah sampai di suatu tempat, mereka telah menghirup bau yang busuk, dalam bahasa jawa berarti “Purwo” yang berarti permulaan dan “Gondo” yang berarti bau busuk. Sehingga daerah tersebut sekarang di beri nama Desa Purwogondo. Sesampainya di Pecangaan para pemikul jenazah tersebut sudah sangat lelah, namun karena itu menjadi suatu pengabdian kepada Pupundennya (Orang yang sangat di hormati) hal tersebut tetap di laksanakan.

MA Walisongo Ikuti Lomba Perpajakan

Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan berpartisipasi pada kegiatan Lomba Perpajakan "Tax For Student", Kamis (29/09). Kegiatan yang diadakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama, dipusatkan di Gedung Wanita Jepara. Kegiatan yang diperlombakan adalah Lomba Cedas Cermat, Lomba Performance dan Lomba Poster Perpajakan.   Bupati Jepara, Drs Hendro Martojo MM, dalam sambutannya menuturkan bahwa kegiatan tersebut merupakan proses sosialisasi kepada pelajar mengenai perpajakan. “Pelajar merupakan elemen terpenting dalam mewujudkan program Menuju Jepara Tertib Pajak (MJTP),” tutunya. Kegiatan yang diikuti oleh lima belas SMA se-kabupaten Jepara menempatkan MA Walisongo sebagai satu-satunya Madrasah Aliyah swasta yang mendapatkan undangan dari KPP Pratama Jepara. Mukhlisin, S.Pd, M.Sc,Wakil kepala bagian Kesiswaan mengatakan bahwa hal tersebut membuktikan bahwa MA Walisongo merupakan salah satu Madrasah Aliyah unggulan. “Tidak semua Madrasah Aliyah dapat mendapatkan kehormatan untuk megi