Langsung ke konten utama

7 Siswa MA Walisongo Ikuti Pelatihan Jurnalistik

Menulis Sekali Duduk, di pandu Oleh Rif'ul Mazid Maulana
Pecangaan-Tujuh siswa Madrasah Aliyah Walisongo mengikuti kegiatan pelatihan dasar jurnalistik yang diadakan oleh SMA Walisongo Pecangaan, pada Kamis-Jum’at (8-9/11). Dia adalah Mafaza Nur Aqliyah, Nur Laily Dwi Astutik, Via Utami Putri, Rika Agustina Sa’id, Liyana Fitri, Rizky Aryan Taufiq dan Ainul Yaqin.

Syaiful Mustaqim, Pembina ekstrakurikuler jurnalistik Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan mengatakan bahwa dengan pelatihan tersebut siswa dapat mengenal jurnalistik secara baik. “Dengan pelatihan tersebut setidaknya dapat memberikan pengetahuan awal kepada peserta didik tentang kejurnalistikan,” Katanya.

Pada kesempatan tersebut siswa mendapatkan berbagai materi antara lain adalah kejurnalistikan, menegement keredakturan, berita, opini, tajuk rencana, resensi, sastra serta lay out. “Tidak hanya mendapatkan materi pada pelatihan tersebut peserta juga ditugaskan untuk  membuat majalah dinding mini,” jelasnya.

Selanjutnya, peserta juga di berikan kesempatan untuk mempresentasikan layaknya rapat redaksi. “Setelah selesai membuat majalah diding peserta harus mempresentasikan inti madingnya, sehingga layaknya rapat redaksi,” akunya.

 Mafaza Nur Aqliyah, peserta didik Madrasah Aliyah Walisongo yang juga menjadi peserta kegiatan tersebut mengaku senang karena mendapatkan pelajaran dan pengalaman baru. “Pelatihan jurnalisitik ini sangat menyenangkan Karena selain mendapat materi kami juga dapat mengaplikasikannya,” akunya.

Dia mengatakan meskipun baru pertama kali mengikuti pelatihan jurnalisitik namun kelompoknya mampu untuk membuat mading mini. “Kelompok kami Alhamdulillah dari siswa MA Walisongo semua, meskipun baru pertama kali namun mading ini asli buatan tangan creative kami,” katanya.

Sigma
Dia menerangkan bahwa pada pelatihan tersebut mereka membuat majalah dinding mini yang di beri nama sigma. “Sigma kami ambil dari usulan teman-teman, pada mading tersebut kami mengangkat tema kenakalan remaja,” terangnya.

Dia menuturkan meskipun masih jauh dari kata sempurna namun dia merasa puas karena dengan waktu yang sangat singkat dirinya dapat menyelesaikan mading tersebut."Kami hanya diberi waktu sekitar dua setengah jam untuk menyelesaikan majalah dinding tersebut, alhamdulillah kami berhasil," tuturnya.

Dia berharap apa yang telah didapatkan dari pelatihan tersebut dapat menjadi bekal untuk mengembangkan media tulis menulis di madrasah. “Semoga dengan bekal ini kami dapat segera merealisasikan mading edisi berikutnya,” harapnya. (Rif’ul Mazid Maulana)

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Islam Dulu Dan Kini

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Seorang pakar pendidikan Islam berdarah hadrami, al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni, Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) adalah pendidikan dan peningkatan diri atas adab, akhlak, patuh akan syariat dan jauh akan larangannya. Mengikuti kata hati berdasarkan rasa tanggung jawab terhadap Dinnya serta rasa cinta pada Allah SWT. dan Rasulnya SAW. juga berkhidmat dengan cara yang benar pada umat sembari memasyarakatkan kebaikan dan menepis kehinaan dan kerendahan moral.  Pendidikan islam pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan tingkat kecerda

Sejarah Desa Troso

Sejarah Desa Troso tidak dapat di pisahkan dari peristiwa peperangan antara Sultan Hadirin dengan Arya Penangsang yang terjadi di sebuah daerah di Kabupaten Kudus. Pada peperangan tersebut Sultan Hadirin terbunuh oleh Arya Panangsang. Sultan Hadirin merupakan suami dari Ratu Kaliyamat adipati Jepara. Selanjutnya, jenazah Sultan Hadirin dibawa dari Kudus ke Jepara dengan cara dipikul oleh orang (Pengikutnya). Singkat cerita, ketika para pemikul jenazah sampai di suatu tempat, mereka telah menghirup bau yang busuk, dalam bahasa jawa berarti “Purwo” yang berarti permulaan dan “Gondo” yang berarti bau busuk. Sehingga daerah tersebut sekarang di beri nama Desa Purwogondo. Sesampainya di Pecangaan para pemikul jenazah tersebut sudah sangat lelah, namun karena itu menjadi suatu pengabdian kepada Pupundennya (Orang yang sangat di hormati) hal tersebut tetap di laksanakan.

Nikmatnya Horok-Horok Jepara

Nikmatnya Horok-horok Jepara Horok-horok merupakan makanan yang sudah tidak asing lagi di lidah masyarakat Jepara. Karena makanan itu tergolong, makanan yang murah meriah dan dapat ditemui diberbagai pedagang makanan, pasar-pasar hingga kios pinggir jalanan yang ada di Kabupaten Jepara. Namun horok-horok sulit di dapatkan di luar Jepara. Horok-horok adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung pohon aren. Horok-horok umumnya dimakan dengan Sate Kikil, soto, bakso, gulai, dan sayur pecel. Selain itu dapat juga dimakan dengan diberi santan dan sedikit gula pasir, seperti bubur. (Wikipedia Indonesia) Selain itu horok-horok juga dapat dimakan bersama dengan sirup ataupun air gula. Sehingga manfaat horok-horok sangat banyak untuk di kombinasikan dengan berbagai makanan. Selain itu, horok-horok juga dapat di makan sendiri tanpa disandingkan dengan makanan lain. Cara membuat horok-horok adalah dengan tepung yang terbuat dari pohon aren. Metode mengambilnya menggunakan sisir rambut. Bentukn