Sunat pula mengerjakan ibadah tersebut pada bulan ramadan sepuluh hari yang akhir, karena mengharap bertepatan dengan lailatul qodar, yakni malam kepastian hukum Allah atau malam kemuliaan.
“Beramal ibadah pada malam itu lebih baik daripada 1000 bulan yang tidak bertepatan dengan lailatul qodar”
Lailatul qodar menurut kami (Imam syafi’i) hanya ada pada bulan ramadhan. Maka yang paling dapat diharapkan (Bertepatan dengan malam lailatul qodar) ialah pada malam ganjilnya. Menurut imam syafi’i malam ganjil yang paling bisa di harapkan adalah malam ke dua puluh satu dan kedua puluh tiga. Imam nawawi dan lainnya telah memilih bahwa (Lailatul qodar itu) berpindah-pindah.
Menurut penelitian Imam Ghozali adalah sebagai berikut :
1. Kalau puasa dimulai hari ahad atau rabu, maka lailatul qodar jatuh pada malam tanggal 29 ramadhan
2. Kalau puasa dimulai hari senin, maka lailatul qodar jatuh pada malam tanggal 21 ramadan
3. Kalau puasa dimulai hari selasa atau jumat maka lailatul qodar jatuh pada malam tanggal 27 ramadan
4. Kalau pausa dimulai hari Kamis, maka lailatul qodar jatuh pada malam tanggal 25 Ramadhan
5. Kalau puasa dimulai hari sabtu maka lailatul qodar jatuh pada malam tanggal 23 ramadhan
Adapun tanda lailatul qodar, ialah sinar matahari pada pagi harinya kurang bercahaya, sebab silau oleh cahaya malaikat yang turun ke bumi dan naik ke langit.
Lailatul qodar adalah malam yang paling baik dalam satu tahun. Hadist sahih menyebutkan. “Barang siapa yang salat pada lailatul qodar karena iman, yakni membenarkan bahwa malam itu adalah hak, ketaatan, dan mencari ridho Allah Ta’ala dan pahalaNya, tentu diampuni dosanya yang telah lewat.” Dalam riwayat lainnya: “... dan dosa yang akan datang.”
Dalam hadist riwayat Baihaqhi dinyatakan : “Barang siapa yang salat Magrib dan Isya dengan berjama’ah sampai habis bulan ramadan, maka ia telah mengambil lailatul qodar dengan pembagian yang sempurna.”
Sumber : Kitab Fathul Mu’in