Langsung ke konten utama

Tantangan Pelajar NU Semakin Berat, Liberalisme dan Fanatisme

Semarang, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Farida Faricha berpendapat, sekarang pelajar NU tengah menghadapi tantangan yang semakin berat, yakni liberalisme yang terlalu menjunjung tinggi kebebasan dan fanatisme yang sarat sikap egois sebagai golongan yang paling benar sendiri.

Menurutnya, liberalisme meracuni generasi muda dengan ajarannya yang serba bebas, seperti free sex, lesbian, dan lain sebagainya. Sedangkan golongan fanalisme melahirkan kelompok kelompok radikal, seperti ISIS, MTA, dan lainnya.

“Apabila masyarakat sekarang hanya di hadapkan pada dua pilihan ini keberlangsungan islam yang Indonesia tidak akan lama lagi,” kata Farida saat mengisi Latihan Kader Muda (Lakmud) PKPT IPNU-IPPNU Universitas Negeri Semarang, Sabtu (29/11), di Nyatnyono, Ungaran, Kabupaten Semarang.

Nahdlatul Ulama, lanjutnya, hadir sebagai kelompok tengah-tengah di antara dua golongan yang tidak condong ke kanan maupun ke kiri. “Menjadi golongan yang liberalis itu mudah, menjadi golongan yang fanatis juga mudah, namun menjadi yang tengah-tengah itu membutuhkan perjuangan.” Lanjutnya.

Kaderisasi

Kaderisasi yang dikembangkan oleh kelompok Islam radikal terstruktur dan masif. “Sebenarnya hanya ada dua kelompok besar yang ada di Indonesia ini yaitu NU dan Muhammadiyah, namun beberapa tahun ini muncul golongan-golongan yang mengatas namakan Islam yang justru ajarannya menggerogoti islam sendiri. Mereka, tambahnya, masuk pada generasi muda secara terstruktur dan massif sehingga dalam jangka waktu yang relatif singkat sudah menguasai kedudukan penting di negeri ini,” terangnya. 

Farida menjelaskan, generasi IPNU IPPNU tidak boleh tinggal diam, mereka harus mengembangkan pola kaderisasi yang terkoneksi di seluruh Indonesia sehingga dapat terjadi pertukaran informasi secara baik.

“Sudah seharusnya IPNU-IPPNU sebagai garda terdepan kaderisasi Nahdlatul Ulama dikembangkan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, selain itu PKPT juga harus memiliki grand design kaderisasi ke depan,” pungkasnya. (Rif’ul Mazid Maulana/Mahbib)

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Islam Dulu Dan Kini

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Seorang pakar pendidikan Islam berdarah hadrami, al Habib Abu Bakar al Masyhur al Adni, Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) adalah pendidikan dan peningkatan diri atas adab, akhlak, patuh akan syariat dan jauh akan larangannya. Mengikuti kata hati berdasarkan rasa tanggung jawab terhadap Dinnya serta rasa cinta pada Allah SWT. dan Rasulnya SAW. juga berkhidmat dengan cara yang benar pada umat sembari memasyarakatkan kebaikan dan menepis kehinaan dan kerendahan moral.  Pendidikan islam pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan tingkat kecerda

Sejarah Desa Troso

Sejarah Desa Troso tidak dapat di pisahkan dari peristiwa peperangan antara Sultan Hadirin dengan Arya Penangsang yang terjadi di sebuah daerah di Kabupaten Kudus. Pada peperangan tersebut Sultan Hadirin terbunuh oleh Arya Panangsang. Sultan Hadirin merupakan suami dari Ratu Kaliyamat adipati Jepara. Selanjutnya, jenazah Sultan Hadirin dibawa dari Kudus ke Jepara dengan cara dipikul oleh orang (Pengikutnya). Singkat cerita, ketika para pemikul jenazah sampai di suatu tempat, mereka telah menghirup bau yang busuk, dalam bahasa jawa berarti “Purwo” yang berarti permulaan dan “Gondo” yang berarti bau busuk. Sehingga daerah tersebut sekarang di beri nama Desa Purwogondo. Sesampainya di Pecangaan para pemikul jenazah tersebut sudah sangat lelah, namun karena itu menjadi suatu pengabdian kepada Pupundennya (Orang yang sangat di hormati) hal tersebut tetap di laksanakan.

MA Walisongo Ikuti Lomba Perpajakan

Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan berpartisipasi pada kegiatan Lomba Perpajakan "Tax For Student", Kamis (29/09). Kegiatan yang diadakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama, dipusatkan di Gedung Wanita Jepara. Kegiatan yang diperlombakan adalah Lomba Cedas Cermat, Lomba Performance dan Lomba Poster Perpajakan.   Bupati Jepara, Drs Hendro Martojo MM, dalam sambutannya menuturkan bahwa kegiatan tersebut merupakan proses sosialisasi kepada pelajar mengenai perpajakan. “Pelajar merupakan elemen terpenting dalam mewujudkan program Menuju Jepara Tertib Pajak (MJTP),” tutunya. Kegiatan yang diikuti oleh lima belas SMA se-kabupaten Jepara menempatkan MA Walisongo sebagai satu-satunya Madrasah Aliyah swasta yang mendapatkan undangan dari KPP Pratama Jepara. Mukhlisin, S.Pd, M.Sc,Wakil kepala bagian Kesiswaan mengatakan bahwa hal tersebut membuktikan bahwa MA Walisongo merupakan salah satu Madrasah Aliyah unggulan. “Tidak semua Madrasah Aliyah dapat mendapatkan kehormatan untuk megi