Penolakan pembangunan pabrik semen kini datang dari berbagai tokoh nasional, salah satunya dari Alissa Wahid. Putri sulung mendiang mantan Presiden Republik Indonesia KH Abdurrohman Wahid tersebut dalam akun twitternya (@AlissaWahid) secara tidak langsung menyatakan sikap penolakannya terhadap penambangan tersebut yang meresahkan warga Rembang.
"when the rich rob the poor, they call it: business.
when the poor fight back, they call it: violence."
Ketika kelompok kaya merampok miskin, mereka menyebutnya suatu bisnis,
Ketika orang miskin melawan, mereka menyebutnya kekerasan.(Red)
Permainan kaum kapitalisme belakangan ini memang sangat mengkhawatirkan. Penindasan dan perebutan kekuasaan kepada kaum miskin terus menerus dilakukan. Mereka menganggaap bahwa apa yang mereka lakukan tidak salah, karena telah berlandaskan hukum negara yang ada namun perlu kita ketahui bahwa kita juga memiliki hati dan perasaan untuk mempertimbangkan segala keputusan yang kita ambil, bukan hanya sekedar untuk memperkaya diri. Bukan hanya memperhitungkan untung dan rugi namun kita juga perlu memperhatikan kemaslahatan manusia.
Namun, ketika masyarakat miskin melakukan penentangan dan pemboikotan, kaum kapitalis menganggapnya sebagai bentuk perlawanan dan kekerasan yang harus segera dilawan. Kini segala upaya dan cara dilakukan agar kebijakan yang memihak kepada kaum kapitalis segera dikeluarkan agar kedudukannya tidak terusik jeritan hati rakyat meskin yang menuntut keadilan.
Penguasaan kaum penguasa memang sudah tidak bisa elakkan lagi, semboyan semua bisa dibeli dengan uang mungkin memang pantas untuk disandangkan. Semua seolah bisa dibeli tanpa memperhatikan keseimbangan dan jeritan hati manusia. Keseimbangan dan kelestarian harus kita pertahankan karena hanya itulah satu-satunya warisan yang bisa kita berikan kepada anak cucu kita nantinya. Apakah hanya cerita saja yang bisa kita berikat? ataukah hanya lukisan hayal yang tidak bisa kita buktikan yang kita berikat? Entahlah, hanya diri kitalah yang bisa menjawabnya.
"when the rich rob the poor, they call it: business.
when the poor fight back, they call it: violence."
Ketika kelompok kaya merampok miskin, mereka menyebutnya suatu bisnis,
Ketika orang miskin melawan, mereka menyebutnya kekerasan.(Red)
Permainan kaum kapitalisme belakangan ini memang sangat mengkhawatirkan. Penindasan dan perebutan kekuasaan kepada kaum miskin terus menerus dilakukan. Mereka menganggaap bahwa apa yang mereka lakukan tidak salah, karena telah berlandaskan hukum negara yang ada namun perlu kita ketahui bahwa kita juga memiliki hati dan perasaan untuk mempertimbangkan segala keputusan yang kita ambil, bukan hanya sekedar untuk memperkaya diri. Bukan hanya memperhitungkan untung dan rugi namun kita juga perlu memperhatikan kemaslahatan manusia.
Namun, ketika masyarakat miskin melakukan penentangan dan pemboikotan, kaum kapitalis menganggapnya sebagai bentuk perlawanan dan kekerasan yang harus segera dilawan. Kini segala upaya dan cara dilakukan agar kebijakan yang memihak kepada kaum kapitalis segera dikeluarkan agar kedudukannya tidak terusik jeritan hati rakyat meskin yang menuntut keadilan.
Penguasaan kaum penguasa memang sudah tidak bisa elakkan lagi, semboyan semua bisa dibeli dengan uang mungkin memang pantas untuk disandangkan. Semua seolah bisa dibeli tanpa memperhatikan keseimbangan dan jeritan hati manusia. Keseimbangan dan kelestarian harus kita pertahankan karena hanya itulah satu-satunya warisan yang bisa kita berikan kepada anak cucu kita nantinya. Apakah hanya cerita saja yang bisa kita berikat? ataukah hanya lukisan hayal yang tidak bisa kita buktikan yang kita berikat? Entahlah, hanya diri kitalah yang bisa menjawabnya.