oleh Noor Salamah
Judul Buku : Rufaidah
Penulis : Ahmad Syauqi al-Fanjari
Penerjemah : M. Halabi Hamdy
Penerbit : Navila
Tebal : xxii + 194 halaman
Cetakan : 1
Tahun : 2010
ISBN : 978-979-3065-52-6
Buku ini mengisahkan tentang sosok wanita bernama Rufaidah. Seorang perawat muslim pertama di zamannya. Nama lengkapnya adalah Rufaidah Binti Sa’ad al-Aslamiyah. Berasal dari bani (marga) Aslam, salah satu dari suku Khazraj di Madinah. Ia dilahirkan di Yastrib kota yang sekarang dikenal dengan Madinah al-Munawwarah. Tumbuh di sana sebelum Nabi Muhammad hijrah dengan membawa agama Islam Rahmatallil alamiin. Ia termasuk kelompok di antara para muslim pertama dari Bani Aslam. Ketika agama Islam menyelimuti Madinah, Rufaidah berkonsentrasi pada pekerjaan paramedik (keperawatan) yang di warisinya dari para leluhurnya. Sebagai perawat muslim yang taat, ia kemudian merubah sistem keperawatan jahiliyah dengan sistem keperawatan Islami. Tidak ada lagi dupa. Tidak ada lagi sesaji. Tidak ada khamar. Tidak ada lagi patung dewa. Tidak ada lagi ramal-meramal. Cara menengani pasien di sesuaikan dengan ajaran Islam. Ruangannya pun di buat selalu dalam keadaan suci. Ia melayani pasien dengan penuh cinta, kesabaran, dan keihklasan. Rufaidah, ialah teladan perawat muslim.
Rufaidah bukan sosok fiktif, ia adalah sosok nyata. Seorang sejarawan andal Ibnu Kasir dalam karyanya yang berjudul Usud al-Gabah jilid VIII halaman 110 mengungkapkan, “Ia mencurahkan seluruh jiwanya untuk memberikan pelayanan kepada orang yang kehilangan; yakni setiap orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan, seperti fakir miskin, anak yatim, serta orang yang tidak mampu bekerja.”
Masa abad ke-7, di mana Rufaidah hidup perkembangan pengobatan di Arab sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pengobatan di negara lainnya. Ibnu ‘Usaibah menyatakan dalam karyanya yang berjudul Tabaqot al-Atba bahwa para tabib bangsa Arab yang bernama al-Haris ibnu kaladah yang memeluk Islam pada masa tuanya adalah alumnus sekolah kedokteran di Jundisafur dan ia memperoleh tempat tersendiri dalam disiplin ilmu keodokteran. Disamping itu istilah pengobatan juga sering di sebutkan dalam beberapa hadis nabi, seperti istilah al-Huluq al-Hindi, Kadilun, as-Sana, al-Marzan Jusy, ‘Irqu al-Kalbah dll.
Kehidupan Rufaidah sesungguhnya hanya berpangkal pada hadis Nabi Muhammad Saw yang mengisyaratkan perannya dalam perang ahzab; yakni pada saat salah seorang sahabat yakni Sa’ad ibnu Mu’az terluka. Ketika itu Nabi memerintahkan agar Sa’ad di bawa ke tenda Rufaidah untuk dirawat sampai sembuh.
Sebenarnya karya ini merupakan versi novel dari karya aslinya yaitu pementasan drama. Tidak semua tokoh dalam cerita ini nyata, beberapa ada yang fiktif demi mendukung jalannya cerita. Beberapa tokoh rekaan tersebut adalah zhalim ibn Gawi/Rasyid ibn Hafs, khallad ibn al-Jamuh. Meski demikian hubungan peristiwa yang di alami para sahabat masih cukup relevan dengan fakta sejarah, mengingat mereka sama-sama mengalami perang tersebut.
Di kisahkan, pada zaman jahiliyah di negeri Arab terdapat banyak dukun sakti. Kepada merekalah masyarakat meminta kesembuhan dan pertolongan. Sedangkan dukun dukun itu sendiri meminta pada dewa-dewa mereka, Latta,Uzza,Atsaf, Na’ilah dan Gauts. Bani Aslam merupakan salah satu bani di Yastrib yang terkenal dengan kemampuan pengobatannya. Ialah Sa’ad al-Aslamiyah dan putrinya Rufaidah yang meneruskan pekerjaan leluhur mereka. Rufaidah begitu terampil mengobati dan merawat pasien-pasien yang datang. Suatu ketika tunangannya Abdullata pulang berdagang dari Mekah. Abdullata kemudain mengabarkan tentang agama baru yang ada di Mekah. Meski ia belum memeluk Islam. Abdullata mengungkapkan ketidak rasional ajaran leluhurnya tentang penyembahan berhala. Abdullata kemudian mengajak Rufaidah untuk mendengarkan syiar Islam yang di suarakan oleh Mush’ab bin Umair. Mendengar pidato Mushab bergetarlah hati Abdullata dan Rufaidah. Mereka kemudian memutuskan untuk masuk Islam.
Sebelum Nabi hijrah ke Madinah, mereka berdua begitu semangat mensyiarkan Islam. Berkoar-koar menyerukan Islam merupakan rutinitas biasa bagi Abdullata. Hingga hal ini mengusik salah satu pemimpin-pemimpin kafir di Madinah. Hingga mereka sepakat untuk membunuh Abdullata, pemuda yang berpengaruh dalam penyebaran Islam. Menjelang kematian Abdullata, ia berwasiat kepada istrinya untuk meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam.
Islam datang membawa perubahan di Madinah. Perubahan mejuju sisi yang lebih baik. Kini Rufaidah tidak merawat di kuil yang kotor, beraroma busuk, dengan berhala di tengah ruangan. Kini Rufaidah merawat di dalam ruangan yang selalu dalam keadaan bersih, selalu mencuci tangan sebelum memeriksa kondisi pasien, mengobati dengan madu, melayani dengan keikhlasan dan nasehat yang baik.
Hari itu di alun-alun kota Madinah. Di dekat Masjid Nabawi serombongan perempuan sahabat nabi sedang bercakap-cakap penuh perhatian. Mereka sedang membicarakan tentang perang yang akan terjadi sebagai balasan kaum kafir atas kekalahan pada berang Badar. Perempuan sahabat nabi itu ingin turut serta berjihad. Sepakatlah mereka, mereka akan turut serta berjihad dengan cara merawat pasukan kaum muslimin.
Rufaidah sebagai perawat Islam pertama akan mengajari mereka ilmu tentang keperawatan. Rufaidah membagi perempuan sahabat nabi dalam beberapa kelompok dengan tugasnya masing. Genderang perang di tabuh. Perang terjadi dengan sengit. Beberapa pasukan muslim ada yang tidak mematuhi perintah nabi, membuat situasi menjadi sulit bagi kaum muslimin. Beberapa tentara ada yang kecut dan hendak melarikan diri. Banyak korban berjatuhan. Dalam kondisi mendesak tersebutlah kelompok perempuan sahabat nabi yang berada di garis terdepan peperangan yang bertugas melindungai Rosullullah dan para panglima harus turun tangan melindungi Rosul agar jangan sampai terluka walau segorespun. Bahkan keberanian mereka mendapatkan pengakuan sendiri dari Rosul.
Di suatu malam yang mulia ketika Rufaidah dan wanita sahabat Rosul sedang berjaga. Rosullullah datang mendekat, Rosul kemudian mengeluarkan sebuah kalung dan memakaikn kalung itu dengan tangannya yang suci di leher Rufaidah seraya berkata, “Barangsiapa mengunjungi orang sakit Allah akan menaunginya dengan 65.000 malaikat. Maka tidaklah ia melangkahkan kakinya kecuali di catat satu kebaikan. Dan tidak pula ia meletakkan telapak kakinya kembali kecuali di hapus kejelekannya, di angkat derjatnya hingga ia duduk di tempat duduknya. Jika ia duduk di samping si sakit, niscaya rahmat Allah akan meliputinya. Hal itu berlangsung terus menerus sampai ia kembali ke rumahnya.”
Seperti telah di jelaskan di atas bahwa penulisan novel ini berdasarkan naskah drama. Maka jangan heran jika bahasa awal tiap bab sangat identik dengan naskah drama. Meski begitu tatap tidak dapat mengurangi amanat yang ingin di sampaikan penulis.
Rufaidah adalah sosok teladan perawat Islam. Setiap perilakunya di dasarkan pada ajaran nabi. Ia selalu sabar, ikhlas, telaten, dan berutur kata yang baik kepada setiap pasiennya. Sesuatu yang jarang kita temui pada diri perawat masa kini.