Masa Muda |
Masa remaja biasanya menjadi masa yang paling menyenangkan, namun hal itu tidak berlaku untuk diriku. Karena banyak waktuku yang aku gunakan untuk menimba ilmu, magang kerja dan menjadi pengurus organisasi di sekolah maupun di masyarakat. Sehingga hal tersebut membuatku begitu kurang menikmati masa mudaku.
Para remaja sekarang kebanyakan justru salah dalam mengisi masa mudanya. Seperti berpacaran, membuat gank, mabuk-mabukan hingga tak sedikit yang terjerumus terhadap pergaulan bebas. Oleh karena itu, aku sangat berhati-hati dalam mengisi setiap detik dimasa mudaku ini. Aku ingin menanam kebaikan dan menuainya disaat senja nanti.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara fase anak-anak dengan fase dewasa sehingga pada masa ini kondisi moral dan emosi sangat labil. Aku pun merasakan hal itu, terkadang kita penak terhadap semua hal yang menjadi rutinitas kita dan ingin mencoba hal-hal baru. Tetapi aku tidak selalu menurutinya sebab hal-hal baru yang kita inginkan itu tidak selamanya baik.
Masa yang paling berharga dalam hidup, mungkin juga patut dijadikan julukan untuk masa remaja karena apabila kita tidak dapat mengendalikan emosi yang bergejolak maka kita tidak akan pernah merasakan kebahagian di fase berikutnya. Sehingga perlu instropeksi diri untuk menyiapkan diri dimasa yang akan datang.
Menulis
Menggali potensi menjadi prioritasku dimasa mudaku ini. Mulai dari bakat akademik maupun non akademik. Hal yang paling tak pernah aku sangka sebelumnya adalah potensiku di bidang non akademik. Yaitu di bidang jurnalistik. Dari aku kecil tak pernah terlintas dipikiranku untuk menggeluti hal-hal yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Namun setelah aku menginjak usia belasan aku mulai suka dengan hal-hal tulis menulis. Apalagi setelah bergabung di ekstrakurikuler Jurnalistik MA Walisongo, potensiku semakin terasah dengan baik.
Mungkin kebiasaanku dari kecil yang suka menonton berita dari pada film kartun juga turut mempengaruhi kegemaranku sekarang. Berusaha serius menulis di masa remaja cukup berat untukku karena banyak tantangan dan halangan. Mulai dari tugas sekolah yang menumpuk, kegiatan organisasi yang padat hingga gejolak jiwa pemalasku.
Namun dengan sekuat tenagaku hal tersebut aku tepis, agar potensiku ini dapat aku asah dengan serius sehingga dimasa dewasaku aku dapat menuai keberhasilan dan kebahagian. (Rif’ul Mazid Maulana)